Sabtu, 20 Desember 2014

Surat Cinta untuk The Bajs - Pantai Pandawa

 Malam minggu nih. Ke angkringan bali yuk. Siapa tau dapet gratisan jajan.
Hahaha.

Oke fine sudah sebulan ane gak menyambangi angkringan bali. kangen jugak. Untung udh ngga ada mas... duh sopo jenenge lali aku. Yo kui lah pokmen. Tapi ya sebenernya ndak ada korelasinya sih.

Daann... disinilah ane sekarang bajs! Bukan cuma di angkringan bali sorowajan samping Pura Jagatnata. Tapi ane udah di Bali. Trus kalian kapan kesini? *eh

Besok minggu nih. Rencana mau ke pantai mana? Atau mau menjelajah Jogja bagian mana nih?

Bajs kesayangan akoh. Inget Ngobaran? Inget Nguyahan? Pantai pasir putih, atau kuning ya? Ya itulah. Yang sering kita deskripsikan "kaya di Bali yak!"

Kali ini ane mau berbagi. Salah satu pantai indah di Bali. Indah sih.. tapi gak ada kalian gak seru. Katanya kan "kebahagiaan itu nyata saat dibagikan"

Jadi edisi kali ini Bajs. Adalah.....

Pantai Pandawa

Awalnya ane gak kepikiran mau kesini. Berhubung pas ke daerah Nusa Dua buat nyari tempat tes *sensor* lalu melihat plang penunjuk arah Pantai Pandawa, jadi Parjo yang abis diserpis ane ajak jalan-jalan bentar.

Akses jalan menuju pantai ini emang berbukit Bajs. Jadi agak sedikit menanjak. Sedikit disini emang bener-bener sedikit. Jangan bayangin perjalanan menuju ke pantai tersembunyi di Gunung Kidul ya. Jauh lebih mudah menuju pantai ini.

Akses jalan menuju Pantai Pandawa ini rasanya seperti membelah bukit kapur. Disana sini masih terlihat perbaikan dan jalan-jalan baru yang masih belum diaspal. Pas pulang aja aku ketemu rombongan motor trail.

Jarak yang ane tempuh adalah dari Seminyak ke Nusa Dua via tol laut yang bernama Tol Bali Mandara Sekitar 30 menit kondisi jalanan cukup sepi. Ane brangkat sekitar jam 12.00 wita dan sampai di lokasi sekitar jm 12.30 wita. Karena ane lewat tol jadi ya cepet. Apalagi jalur motor amat sangat sepi sekali. Sayang ane ga sempet foto-foto di tolnya.
Retribusi di tol Bali Mandara untuk roda 2. Masuk golongan 6 adalah Rp 4000,- .

Di pantainya pun ane gak lama. Cuman makan. Foto-foto terus pulang. Pas ane pulang hujan lebat. Fiuuh....

Pantai ini bisa buat berenang. Soalnya banyak bule yang lagi renang. Hahaha. Ga ada wisatawan lokal yang berenang. Secara itu siang-siang panas menyengat. Kalo bule mah malah seneng pada berjemur.

Sayanhnya ane yang hari itu pake baju serba item ga bawa baju ganti. Namanya juga mendadak ke pantai tanpa rencana. Kalo ada mah ane bawa bikini.*ehh. Lagipula sendirian juga ga asik sih.




Pantai ini tergolong masih baru. Bahkan pendopo untuk para penjual makanan pun berkata kalo bangunan itu baru setaun.
TikEt masuknya seharga 3000 aja. Itu itungan untuk aku dan Parjo ya. entah kalo boncengan brapa duit

Ini adalah view spot yang digunakan sebagai titik kumpul wisatawan yg mau mengabadikan pemandangan pantai dari atas

Sacred area
Pemandangan dari tempat foto-foto


Jalanan di bawah menuju pantai

calon tempat patung 

Banyak patung Pandawa. Sayang ga sempet kefoto semua




Pendopo tempat ane makan


Saltum banget

Bibir pantai 

Selfie sek yo too

Bebatuannya cukup halus






Jalan pulang. Mendung sob!

Oke Bajs. Gegaraane kesulitan ngetik dan ngedit via hape SEgini dulu cerita ane. Ane tunggu kedatangan klian semua di Bali. Masih banyak yang harus dijelajahi.

By: @peppyepifanie



Senin, 01 Desember 2014

Adrenaline teruji saat melewati geger sapi



Bermodal informasi dari seorang teman, Mayang seorang mahasiswa fakultas hukum yang senangnya naik gunung. Saya dan dua orang teman menetapkan tujuan pendakian kami. Gunung Andong, yaa!!! Ini sebuah gunung yang termasuk wilayah kabupaten Magelang. Persisnya di dusun Sawit,Girirejo.
Perjalanan dari jogja menuju Magelang pun kami tempuh dengan mengunakan motor, rute yang kami lalui Babarsari- Terminal tidar Magelang – belok kanan kearah kopeng – Pasar Ngablak- Grabak – Dusun Kenteng- Dusun Sawit ( Base Camp ). Tiba di basecamp jam 14.30, Saya, Ian dan Tyas beruntung, pendakian kami bertepatan dengan peringatan hari berdirinya basecamp Taruna Jayagiri.
Setelah melakukan registrasi, kami mulai melakukan pendakian menuju pos I, jalanan cor beton yang landai, disuguhi  pemandangan ladang petani. Hijau nan indah, rute berubah memasuki jalan bertanah dengan tangga-tangga yang dibuat oleh masyarakat untuk memudahkan para pendaki. Nafas mulai tidak teratur, maklum!!! belum adaptasi dengan medan. Beberapa kali kami berhenti untuk mengatur ritme nafas. Namun sepanjang perjalan tidak bertemu sesame pendaki sekalipun. Sepi boss!!!. Semakin naik keatas, nafas semakin terkontrol. Jam 15.00 memasuki vegetasi pohon pinus dan ternyata kami sampai di pos I ( Gili Cino). 


Ambekan sik boss!!!
Perjalanan selanjutnya adalah menuju ke Watu gambir, berdasarkan peta yang kami lihat di basecamp, lha wong belum ada yang pernah ndaki kesini. Yaa manut peta aja. Tanjakan terjal sudah menanti di depan mata, Ayo tetap semangat geng. Jalan mulai berliku-liku sedikit mengurangi kekhawatiran akan tanjakan terjal. Sesekali kami memandang kearah kaki gunung, pemandangan sawah yang hijau dengan terasering yang apik. Semoga lahan hijau ini tetap terjaga.
Terdengar teriakan dari arah puncak “Ayo munggah!” ternyata diketahui suara itu berasal dari sekelompok local youth, yang sedang mendaki juga. Mereka member semangat kami untuk segera mencapai pos watu gambir.

Kami menemukan sumber air, walaupun hanya pancuran kecil. Tapi sangat membantu ketika pendaki kekurangan air. Ternyata inilah pos Watu gambir.



Air nya Segerrr
                Di sini kami bertemu dengan dua orang yang sedang mengambil air, setelah mengobrol ternyata mereka berasal dari Magelang. Perjalanan dari watu gambir menuju pos 2 (Watu Wayang) melalui  tepian gunung sehingga dapat leluasa memandang kearah gunung merbabu. Butuh waktu sekitar 30 menit untuk tiba di pos 2.
                Jam 15.40 kami tiba di pertigaan jalan kekiri menuju kearah sebuah rumah, kekanan kearah gunung. Kami memutuskan untuk menuju kearah rumah tersebut. Dari luar rumah itu terlihat serem. Saya dan tyas yang penasaran mencoba masuk kerumah tersebut, Sedangkan Ian memilih menunggu di luar menikmati pemandangan sekitar. Saya melihat di dalam rumah itu ada tikar dan  seperti layaknya kamar. Setelah keluar kami sadari bahwa itu adalah makam. Ternyata kami berada di puncak makam. Memang gunung Andong sebelum tahun 2012 tidak dibuka untuk pendakian, hanya untuk ziarah saja. Begitu cerita mas-mas saat di basecamp.
Puncak makam euy…
Dari puncak makam, sudah terlihat puncak Andong, namun seblum sampai kesana kami melalui puncak tugu lasi. Jarak nya tidak begitu jauh.

16.30  kami tiba di puncak Andong di ketinggian 1726 Mdpl. Perasaan senang, lelah bercampur menjadi satu disini. Satu hal lagi yang istimewa, disni hanya kelompok kami yang mendaki, berasa gunung milik pribadi dech!. Padahal kalau lagi weekend rame nyampe ngantri.
Saran aja sih, kalo mau ndaki pilih lah hari selain sabtu –minggu.
Puncak Andong dengan background Merbabu
Selain puncak andong ada puncak yang lebih rendak, puncak Alap-alap sebutannya. Untuk mencapai puncak ini adrenaline kami diuji.karena harus melewati jalan setapak dengan kiri kanan jurang, yaa, saya menyebutnya itu jurang. Satu persatu kami berjalan melewati jalan setapak ini dengan penuh hati- hati. Disini benar-benar terasa sensasi berada di geger sapi.






Berjalan melatih keseimbangan
Setelah berhasil melalui jalan setapak ini, kami memutuskan untuk mendirikn tenda di tugu lasi, mengingat pesan dari mas-mas  di basecamp, kalau ada badai lebih baik turun mendirikan tenda di puncak makam. Karena disana lebih rendah dan agak terlindung dari angin.
Hari semakin gelap, kamipun mendirikan tenda dan mencari ranting untuk menyalakan api. Tyas dan Ian  mulai menyiapkan makanan malam. Saya pun mencoba menyalakan api, susah juga menyalakan api, karena anginnya lumayan yahuutt. Jam 19.30  kami menyantap makanan malam dengan menu nassi + Mie + Telur. Hmmm….Mantap!!!
Kini tiba saatnya menikmati bintang yang ada dibawah, bukan dilangit lho, Lampu-lampu yang berpijar begitu indah nya. Semakin malam udara semakin dingin dan juga mulai turun hujan. Kami memutuskan masuk ke tenda untuk beristirahat.
Sekitar jam 22.00 terdengar suara orang datang, namun karena angin yang sangat kencang, kami memilih bertahan di dalam tenda. Ternyata setelah pagi kami ketahui rombongan yang datang adalah teman-teman pendaki dari Jogja juga. Rombongan dari UNY.
Pagi ini kabut tebal menyelimuti puncak Andong, padahal kami berharap dapat memandang keindahan merbabu dari sini. Namun belum berjodoh. Kami menyiapkan sarapan pagi. Energen dan juga roti bakar ala gunung. Dibakarnya diatas nesting pula.Amazing bukan!


Menyiapkan roti bakar ala gunung
Setelah asupan makanan terpenuhi matahari mulai muncul dan kabut perlahan mulai hilang, kami mulai bisa menikmati merbabu di hadapan mata. Indah sungguh…ehh, sungguh Indah ding...
Puas menikmati pagi dipuncak dan berfoto ria, kami pun beres-beres untuk persiapan turun dan kembali kejogja. Saatnya lambaikan tangan pada puncak Andong. Semoga bertemu dilain waktu, terima kasih pengajaran nya tentang keseimbangan.




Selamat pagi!!!
Tenda biru dan langit biru

 By: Satria Gayo