Senin, 27 Juli 2015

Kekinian (haruskah kita kehilangan jatidiri)

hay guys lama tak menulis membuat ane gatal untuk mengisi blog saujanasemesta.blogspot.com ini kembali. Kali ini ane ga mau cerita tentang pengalaman liburan atau cerita mengenai destinasi wisata. Namun kali ini ane mau sedikit memeberikan opini mengenai hal yang sedang jadi fenomena baru di masyarakat. Yaitu mulai banyaknya orang yang menjadikan naik gunung dan wisata ke pantai atau lainnya sebagai gaya hidup, trend hobi atau perjalanan wisata, tanpa lebih mengerti lebih dalam mengenai falsafah atau makna sebenarnya dari naik gunung dan jalan – jalan dialam. Beberapa hari yang lalu ane membuka media sosial ane dan ane mendapatkan sebuah artikel tentang sebuah gunung yang populer di Indonesia dipenuhi oleh sampah dan ternyata yang membuangnya adalah para pendaki yang ngakunya mereka pecinta alam tapi malah ngerusak alam dengan cara membuang sampah sembarangan dan yang lebih mirisnya lagi adalah justru warga negara asing yang melakukan pemungutan samapah yang dibuang oleh para pecinta alam itu coba dong gimana ga malu apa kita sama mereka (yawalaupun diantara generasi kekinian juga masih banyak yang peduli dengan alam,yg bener2 peduli lho maksud ane).
Ga cuma digunung aja dipantai juga banyak sampahnya,kayak waktu ane dan kawan – kawan liburan ke karimun jawa di atas kapal ane ngeliat banyak sampah berserakan dilaut ketika kapal akan bersandar di dermaga pelabuhan karimun jawa. Mungkin kejadian ini terjadi karena banyaknya remaja sampai orang kekinian yang hanya memandang bahwa kegiatan traveling ke gunung atau pantai merupakan kegiatan yang dianggap sebagai kegiatan wisata belaka dan hanya mengejar kepuasan batin dan kegiatan utuk showup (pamer) dengan memotret diri dengan latar belakang gunung atau foto terus di upload di media sosial dan mendapatkan pujian dari orang lain.
Namun mereka lupa bahwa tujuan sebenarnya kegiatan travelling adalah untuk cara kita mensyukuri keindahan alam dan kejakjuban kita akan sebuah ciptaan dari yang Kuasa,dan ungkapan syukur kita karena di perjalanan hidup kita, kita bisa mendapatkan pengalaman yang belum tentu semua orang bisa rasakan dan dapatkan. Kini para pemuda kekinian hanya mengejar untuk berfoto dengan latar belakang gunung atau terumbu karang saja, mereka hanya mengejar nafsu dan hanya ingin pamer bahwa mereka sudah pernah ke tempat itu. Kini orang dengan mudah menentukan ingin pergi ke gunung ini ke gunung itu tanpa melakukan persiapan seperti mencari tau keadaan gunung disana seperti apa atau menyiapkan fisik agar ketika mendaki nanti tidak terjadi hal yang tidak diinginkan semua serba instan, hanya karena ingin mengikuti nafsu dan trend bahwa jika tidak ada foto lw di gunung, di istagram lw ga gaul atau lw ga berasa kece, namun mereka lupa bahwa niat saja tidak cukup ketika kita berada di alam,kita juga perlu persiapan karena alam itu buas alam itu penuh misteri kita harus mempunyai persiapan yang matang untuk bisa bersamanya.
Seperti layaknya kita mau mendekati seseorang yang kita suka kita tidak mungkin langsung menyatakan perasaan kita kepada orang yang kita suka kita butuh proses pendekatan,untuk mengetahui kebiasaan dari orang yang kita suka,untuk mencari kemistri diantara kita, barulah kita bisa mengungkapkan perasaan ke orang yang kita suka.
Begitupun dengan traveling ke gunung kita harus mencari informasi mengenai gunung yang akan kita kunjungi,lalu kita perlu mempersiapkan fisik dan menal dan yang terpenting adalah puncak bukannlah tujuan utama kita tujuan utama adalah bisa kembali dengan selamat,jika memang kondisi tubuh tidak memungkinkan untuk sampai puncak janganlah memaksakan,dan kita harus bisa membaca kondisi disana,kita harus mengetahui cuaca disana seperti apa dan mempersiapkan barang – barang yang akan kita butuhkan. Bukan hanya gagjet canggih dan peralatan lainnya,ingat tidak semua momen dalam hidup kita perlu di dokumentasikan ada kalanya momen itu hanya kita simpan di ingatan kita karena itu jauh lebih menarik dari pada momen yang didokumentasikan.

Dan tadi pagi ketika ane membuka media sosial ane, ane di kejutkan oleh foto yang di share oleh salah satu teman ane foto itu memperlihatkan benda pusaka negara kita,yaitu bendera merah putih yang merupakan lambang negara yang suci di coret – coret dan dibiarkan menyentuh tanah. Padahal dulu waktu ane kecil ane dididik untuk selalu hormat kepada lambang negara dan memperlakukannya dengan baik karena jika kita tidak menghormati lambang negara sama saja kita tidak menghargai negara ini. Dimana kita lahir dan tumbuh berkembang,bahkan ane dulu masih ingat pesan dari orang tua ane bahwa jangan sampai bendera itu menyentuh tanah jika bendera itu menyentuh tanah maka kamu bisa ditembak mati,dan waktu ane sma juga pernah ketika upacara petugas pengibar bendera salah melakukan pengibaran sehingga bendera tersebut terbalik menjadi putih merah dan mereka dihukum oleh guru dengan cara hormat kepada bendera setelah upacara selesai selama satujam,bukan hanya petugas benderanya saja namun seluruh murid kelas yang menjadi petugas dihukum. Kejam sih memang namun itukan bagian dari cara agar kita selalu hormat kepada negara ini dan sebagai rasa syukur kepada para pahlawan yang telah rela mempertaruhkan nyawa agar Sang Saka berkibar di bumi pertiwi. Tapi melihat kelakuan para remaja yang katanya kekinian yang katanya modernis yang katanya lebih memiliki akal dari masyarakat kampung malah dengan seenaknya saja mencoret – coret bahkan menaruh bendera merah putih di tanah dan memfoto lalu menyebarkannya di media sosial dengan maksud agar mereka keren agar mereka terkenal,itu sama saja mereka telah merendahkan harga diri mereka sendiri percuma dong mereka berteriak “gw udah berhasil foto di mahameru, gw bangga jadi orang Indonesia karena punya alam yang keren tapi kelakuan mereka sperti itu tidak ada hormatnya sama sekali terhadap lambang negara”. Untuk saya secara pribadi menyampaikan pesan kepada para pemuda dan pemudi kekinian untuk kembali mari kita semua memperbaiki moral kita,kita telaah dulu apakah kelaukan kita itu sudah mencerminkan anak muda yang baik atau belum. Jangan kita berteriak bahwa kami adalah penerus bangsa jadi kami bebas berekspresi sesuka kami,iya silahkan saja anda berekspresi namun ingat juga mengenai moral dan budi pekerti yang dulu ketika kecil kita sudah diajarkan baik oleh orang tua maupun guru. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar